Seumur-umur... baik dalam keadaan punya pacar maupun jomblo, saya nggak pernah merayakan Hari Valentine, yang katanya hari cinta itu. Well... walaupun saya juga sepenuhnya paham bahwa cinta nggak melulu cuma di antara seorang laki-laki dan perempuan, namun makna cinta itu jauh lebih luas daripada sekedar "cinta" antara cowok dan cewek. Cinta di antara sesama manusia dan mahluk hidup lainnya.
Namun tahun ini saya berintensi untuk merayakan Hari Valentine, bukan dengan fancy candle light dinner or whatever... I just want to make this Valentine's Day as a day to ponder. Merenungkan tentang makna cinta.
Begitu banyak cinta yang telah saya terima selama hampir tiga puluh tahun menjalani kehidupan di dunia ini. Cinta yang tak terhitung dari Tuhan, dari orang tua, dari kakak dan adik, dari sahabat-sahabat, dan sebagainya, dan sebagainya. Namun apakah cinta yang saya berikan seimbang dengan apa yang telah saya terima? Itu yang ingin saya renungkan…
Lepas dari itu semua, Hari Valentine diperingati pertama kali pada tanggal 14 Februari 1485, di mana pada saat itu Keuskupan Roma meresmikan tanggal 14 Februari sebagai peringatan terhadap kematian sahid St. Valentine, seorang calon uskup Kerajaan Roma pada tahun 143M. St. Valentine meninggal karena dihukum mati guna meredakan kekacauan yang ditimbulkan oleh St. Valentine disebabkan oleh perjuangan humanismenya.
Pada masa itu, St. Valentine memperjuangkan kesetaraan kelas. Pada masa itu, masyarakat darah biru nggak boleh menikahi rakyat jelata, dan hal itulah yang diperjuangkan oleh St. Valentine, yaitu legalitas pernikahan antar-kelas sosial.
Dalam opini saya, inti perjuangan St. Valentine adalah ia ingin berteriak kepada dunia bahwa cinta harus bisa mengalahkan batas kelas sosial. Yang ia teriakkan adalah humanisme, sebuah jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya keluar dari jalan umum dalam isyu-isyu yang berhubungan dengan manusia. Dan saat ini, perjuangan St. Valentine nggak sia-sia. Perjuangan telah menjadi sejenis doktrin beretika yang cakupannya diperluas hingga mencapai seluruh etnisitas manusia, berlawanan dengan sistem-sistem beretika tradisional yang berlaku di masa itu.
Kembali ke soal perenungan saya tadi, at the end… the love we take is equal to the love we make. Perjuangan dan kemartiran St. Valentine telah diganjar dengan peringatan terhadap hari kematiannya. Peringatan yang mula-mula hanya terjadi di kalangan Keuskupan Roma, kini menjalar ke seluruh muka bumi. Nama St. Valentine diabadikan dan dijadikan merek untuk tanggal 14 Februari, dan seluruh umat manusia di bumi mengenalnya, merayakannya… walaupun banyak juga yang menyalahartikan makna Hari Valentine.
Jika saya (dan kamu) merasa bahwa kita telah menerima banyak cinta, bersyukurlah… karena itu berarti kita juga telah memberikan banyak cinta. Dan jika kita merasa nggak banyak menerima cinta, renungkanlah… karena itu bisa berarti dua hal. Apa saja? Pertama: kita juga nggak banyak menyebar cinta. Kedua: sebenarnya banyak cinta yang kita terima, but we are simply ungrateful.
0 komentar:
Posting Komentar